Monday, July 30, 2012

Wayang Potehi: Hidup Enggan, Mati Tak Mau

Sumber: http://aspertina.org/


Wayang Potehi, ada pula yang menyebutnya Wayang Thiti, merupakan kebudayaan Indonesia hasil perpaduan Cina dan Jawa. Kata “potehi” berasal dari dialek Hokkian, yaitu poo () yang berarti kain, tay () berarti kantung, dan hie () berarti wayang, yang kurang lebih artinya boneka dari kain atau glove puppetry dalam Bahasa Inggris.

Sekarang ini, kata 'Wayang Potehi' semakin jarang terdengar. Hal itu dikarenakan Wayang Potehi sudah banyak ditinggalkan penggemarnya, baik oleh kalangan masyarakat Indonesia asli maupun para keturunan Tionghoa di Indonesia yang dianggap memiliki keterkaitan langsung dengan Wayang Potehi tersebut. Karena minat untuk menyaksikan pertunjukan wayang ini semakin sedikit, pagelaran Wayang Potehi semakin jarang dipertontonkan atau ditanggap. Hanya pada saat-saat tertentu Wayang Potehi ini digelar.

Pagelaran Wayang Potehi yang semakin jarang juga menyebabkan dalang dan pengrajin wayang ini di Indonesia semakin sedikit. Misalnya di Semarang, hanya ada dua dalang yang masih aktif dalam mementaskan Wayang Potehi, yang usianya sudah mencapai 70-an tahun, dan sampai sekarang belum muncul generasi penerusnya. Kedua dalang tersebut adalah Teguh Chandra Irawan (Thio Tiong Gie) dan Bambang Sutrisno (Li Chong Gwat). 
Teguh Chandra Irawan (Thio Tiong Gie)
Bambang Sutrisno (Li Chong Gwat)













Ada dua kisah yang mengurai sejarah Wayang Potehi lahir ke dunia. Pertama, dari seorang pelajar bernama Liang Ping Lin. Dirinya frustasi lantaran terus gagal mengikuti tes kepegawaian pada zaman Dinasti Ming, awal abad ke-17. Kemudian, ia mencoba memainkan kain-kain perca menjadi boneka. Itu semua dilakukannya sesuai petunjuk seorang kakek yang dijumpainya dalam mimpi. Sejak itulah, ia mulai menyelami dunia Wayang Potehi.

Kisah lainnya datang dari lima terhukum mati yang hidup pada zaman Dinasti Chang. Empat di antara mereka stres berat. Namun, seorang terpidana lainnya tetap tenang dan justru menghibur diri sambil bermain boneka. Pihak kerajaan yang tahu akhirnya membebaskannya. Dari sinilah muncul pula cikal bakal Wayang Potehi.

Sejarah perkembangan Wayang Potehi di Indonesia dimulai sekitar abad 16 sampai 19 melalui keturunan Tionghoa yang masuk ke Indonesia. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Wayang Potehi mengalami masa kejayaannya. Kemudian pada 1959, muncul pelarangan terhadap keturunan Tionghoa untuk berniaga di pedesaan. Kondisi itu diperparah dengan munculnya instruksi Presiden yang membatasi gerak budaya Tionghoa tahun 1967. Setelah pemerintahan Gus Dur mencabut larangan itu di tahun 1999, kesenian ini sudah mulai dipentaskan kembali, tetapi perkembangannya belum juga menggembirakan. Bahkan dikhawatirkan akan mengalami kepunahan jika tidak dilakukan berbagai upaya untuk melestarikannya, karena sesungguhnya dalam pertunjukkan Wayang Potehi terkandung manfaat yang tidak kecil.
Sumber: gambaraphotography.com

Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, kita wajib untuk nguri-uri budaya nenek moyang kita. Tingkatkan kepedulian terhadap kesenian-kesenian luhur bangsa, karena sesungguhnya nasib keanekaragaman di Indonesia ada di tangan kita semua. We're proud of our cultures~!

2 comments:

  1. Makasih infonya mbak author. Wayang Potehi juga milik kita! :)

    ReplyDelete
  2. jadi penasaran pengen liat wayang potehi ^^

    ReplyDelete